JAKARTA - Di tengah upaya memajukan pariwisata berkelanjutan, Kementerian Pariwisata fokus memperkuat kapasitas UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui program pelatihan yang menekankan pariwisata hijau.
Program ini dirancang untuk mendorong pelaku usaha kecil agar lebih inovatif, ramah lingkungan, dan berdaya saing di pasar nasional maupun internasional.
Pelatihan yang digelar bertajuk Training of Beneficiaries (ToB) on Green Tourism MSMEs berlangsung pada 15–19 September 2025. Program ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Pariwisata, International Labour Organization (ILO), dan PT BPR Madani Sejahtera Abadi (BPR MSA). Bertempat di kantor BPR MSA, Yogyakarta, pelatihan diikuti oleh 25 peserta UMKM yang bergerak di sektor pariwisata.
Menurut Asisten Deputi Bidang Peningkatan Kapasitas Masyarakat Kemenpar, Ika Kusuma Permana Sari, UMKM memiliki peran penting sebagai “wajah pertama” yang ditemui wisatawan. Peran ini mencakup pengelola homestay, penyedia kuliner lokal, pengrajin, hingga pemandu wisata. Setiap inovasi kecil yang dilakukan UMKM diyakini dapat berdampak besar terhadap kualitas pengalaman wisata dan keberlanjutan lingkungan.
"UMKM memiliki peran strategis sebagai wajah pertama yang ditemui wisatawan. Dari pengelola homestay, penyedia kuliner lokal, pengrajin, hingga pemandu wisata, setiap inovasi kecil yang dilakukan UMKM dapat memberi dampak besar bagi kualitas pengalaman wisata dan keberlanjutan lingkungan," ujar Ika di Jakarta, Rabu.
Mendorong Praktik Usaha Ramah Lingkungan
Program pelatihan ini bertujuan agar pelaku UMKM mampu mengubah praktik usaha mereka ke arah lebih ramah lingkungan. Peserta didorong untuk menerapkan konsep pariwisata hijau yang tidak sekadar menanam pohon atau mengurangi sampah plastik, tetapi juga sebagai cara pandang baru dalam mengelola wisata. Pendekatan ini menggabungkan pengalaman wisata berkesan, pelestarian alam dan budaya, serta pemberdayaan masyarakat lokal.
“Pariwisata hijau bukan sekadar menanam pohon atau mengurangi sampah plastik. Ini adalah cara pandang baru dalam mengelola pariwisata yakni bagaimana menghadirkan pengalaman berwisata yang berkesan sekaligus menjaga kelestarian alam dan budaya, serta memberdayakan masyarakat lokal,” kata Ika.
Kolaborasi Sektor Pemerintah, Internasional, dan Perbankan
Pelatihan ini juga menunjukkan bahwa kerja sama lintas sektor antara pemerintah, organisasi internasional, dan sektor perbankan dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi hijau yang inklusif. Dukungan ILO dan BPR MSA memberikan landasan nyata bahwa ekonomi hijau dan pariwisata berkelanjutan bisa dikembangkan bersamaan dengan keberdayaan masyarakat lokal.
“Setiap langkah kecil yang kita lakukan hari ini akan membawa perubahan besar di masa depan, khususnya di sektor pariwisata,” ujar Ika, menegaskan pentingnya kolaborasi jangka panjang.
Sementara itu, Direktur Utama PT BPR MSA, Yulius Triagung Pujiantoro, menyampaikan apresiasinya atas kerja sama yang berkelanjutan dengan Kemenpar dan ILO. Ia menekankan komitmen perusahaan untuk memperkuat pengembangan pariwisata hijau di Yogyakarta dan sekitarnya, sehingga dampak ekonomi yang dihasilkan juga selaras dengan keberlanjutan lingkungan dan inklusi sosial.
“Kami berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan pariwisata hijau yang tidak hanya memberikan dampak ekonomi, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan dan memberi ruang inklusi bagi masyarakat luas,” ungkap Yulius.
Dampak bagi UMKM dan Pariwisata Lokal
Pelatihan ini diharapkan memberi efek ganda: meningkatkan daya saing UMKM lokal sekaligus memperkuat citra Yogyakarta sebagai destinasi yang peduli lingkungan. Dengan praktik ramah lingkungan, UMKM dapat menarik wisatawan yang semakin sadar akan isu keberlanjutan, sekaligus mendorong inovasi produk dan layanan lokal.
Peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan praktis, mulai dari strategi pengelolaan homestay ramah lingkungan, penggunaan bahan baku lokal, pengelolaan sampah, hingga promosi digital yang berkelanjutan. Pendekatan ini membantu UMKM menghadapi tantangan pasar global, sambil tetap menjaga identitas lokal dan ekosistem wisata.
Ika menekankan, kapasitas UMKM yang meningkat tidak hanya berdampak pada ekonomi mikro, tetapi juga menjadi bagian dari strategi pariwisata nasional untuk memperkuat keberlanjutan sektor pariwisata secara keseluruhan.
“UMKM adalah fondasi utama pariwisata yang berkelanjutan. Dengan pelatihan dan dukungan yang tepat, mereka dapat menjadi agen perubahan yang memperkuat ekonomi hijau dan memberdayakan masyarakat,” tambahnya.
Menuju Pariwisata Hijau yang Berkelanjutan
Kolaborasi antara Kemenpar, ILO, dan BPR MSA diharapkan menjadi model bagi daerah lain untuk mengembangkan pariwisata hijau. Dengan kapasitas UMKM yang lebih baik, pengalaman wisata yang berkualitas, dan praktik ramah lingkungan, Yogyakarta diharapkan menjadi contoh nyata implementasi pariwisata berkelanjutan di Indonesia.
Pelatihan semacam ini diharapkan tidak berhenti di DIY saja, tetapi bisa diperluas ke berbagai daerah, menciptakan jaringan UMKM hijau yang kuat, berdaya saing, dan mampu menghadapi dinamika pasar global sambil tetap menjaga kelestarian alam dan budaya lokal.