5 Kebiasaan Makan dan Minum Pemicu Kanker Usus Besar yang Harus Dihindari

Selasa, 04 November 2025 | 08:16:50 WIB
5 Kebiasaan Makan dan Minum Pemicu Kanker Usus Besar yang Harus Dihindari

JAKARTA - Gaya hidup modern, terutama pola makan yang serba instan dan berlebihan, kini semakin mendapat sorotan karena berpotensi meningkatkan risiko kanker kolorektal atau kanker usus besar.

Penyakit mematikan ini bisa dicegah salah satunya dengan memperhatikan apa yang kita konsumsi setiap hari. Para ahli dari Mount Elizabeth Hospital, Singapura, menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat untuk membatasi sejumlah makanan dan minuman yang memiliki kaitan erat dengan potensi kanker usus besar.

Alih-alih menunggu sampai tubuh memberi sinyal bahaya, melakukan pencegahan melalui pemilihan makanan adalah langkah paling sederhana namun sangat berharga. Karena itu, berbagai temuan ilmiah yang disampaikan para ahli gizi berikut ini bisa menjadi peringatan nyata bahwa kebiasaan makan sehari-hari tidak boleh lagi dianggap sepele.

Beban Glikemik Tinggi Sebabkan Lonjakan Gula Tidak Sehat

Makanan dengan beban glikemik tinggi seperti nasi putih, mie, kue, serta berbagai produk yang mengandung gula sederhana ternyata memiliki hubungan kuat dengan peningkatan risiko kanker kolorektal, khususnya pada individu yang mengalami kelebihan berat badan atau diabetes.

Menurut ahli gizi utama Mount Elizabeth Hospital, Alefia Vasanwala, diet dengan beban glikemik tinggi memicu respons insulin yang berlebihan dalam tubuh. Resistensi insulin yang kemudian terjadi mampu meningkatkan risiko terbentuknya sel kanker.

Beban glikemik sendiri merupakan ukuran yang memperhitungkan jumlah karbohidrat dalam porsi makanan dan kecepatan peningkatannya terhadap kadar gula darah. Makanan dengan nilai beban glikemik 20 ke atas termasuk kategori tinggi sehingga perlu sangat dibatasi dalam pola makan harian.

Dengan mengurangi konsumsi makanan tinggi gula darah ini, tubuh dapat terhindar dari kondisi yang menciptakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan sel kanker di usus.

Daging Merah Tingkatkan Risiko Melalui Senyawa Pemicu Kanker

Daging merah seperti sapi dan babi juga termasuk makanan yang perlu diperhatikan karena memiliki potensi meningkatkan risiko kanker kolon secara moderat namun signifikan.

Alefia menjelaskan bahwa daging merah mengandung senyawa haem yang memberi warna merah pada daging. Senyawa ini dapat memicu terbentuknya senyawa N-nitroso, dikenal sebagai pemicu kanker.

Tak berhenti sampai di situ, cara memasak daging merah pada suhu tinggi — seperti memanggang, membakar, atau menggoreng — dapat menghasilkan senyawa karsinogenik yang membahayakan, terutama bagi orang dengan kerentanan genetik terhadap kanker kolon.

“Batasi konsumsi daging merah dan gantilah dengan ikan, daging putih rendah lemak, atau protein nabati seperti tahu,” ujar Alefia.

Dengan variasi protein lain yang lebih sehat, risiko inflamasi serta pembentukan senyawa kimia berbahaya dalam saluran pencernaan dapat ditekan.

Daging Olahan Mengandung Bahan Pengawet yang Berbahaya

Daging olahan, termasuk ham, sosis, bacon, salami, hingga daging kalengan seperti corned beef, sering mengandung nitrit dan nitrat sebagai bahan pengawet yang berpotensi karsinogenik.

Penelitian menunjukkan bahwa bahan kimia tersebut dapat memicu mutasi DNA dengan cara berinteraksi langsung pada sel-sel tubuh. Inilah yang kemudian meningkatkan risiko terjadinya kanker kolon dalam jangka panjang.

Karena proses pengolahan juga mengubah struktur alami daging, perubahan ini diyakini menjadi faktor tambahan yang membuat daging olahan semakin tidak aman jika dikonsumsi secara rutin.

Dalam pola hidup sehat, sebaiknya mayoritas asupan makanan berasal dari bahan segar dibanding makanan yang melewati proses panjang di industri.

Makanan Ultra Proses Menyimpan Banyak Risiko Terselubung

Kategori makanan ultra-proses atau ultra-processed foods (UPFs) menjadi perhatian besar dalam dunia kesehatan karena tingkat pengolahannya jauh dari bentuk alami. Produk ini biasanya mengandung gula tambahan, garam, lemak olahan, hingga berbagai zat aditif.

Kelompok makanan ini mencakup mie instan, nugget, sosis tertentu, hingga minuman bersoda manis. Sebuah studi pada tahun 2023 menunjukkan bahwa pria yang mengonsumsi lebih banyak UPF memiliki risiko 29 persen lebih tinggi mengalami kanker kolorektal dibanding yang konsumsinya lebih rendah.

Walaupun penelitian masih terus berkembang, para ahli menyarankan agar konsumsi makanan ultra-proses dibatasi dan memilih makanan segar sebagai langkah perlindungan yang lebih aman bagi kesehatan usus.

Alkohol Memicu Kerusakan DNA dan Gangguan Penyerapan Nutrisi

Minuman beralkohol juga terbukti dapat meningkatkan risiko kanker usus besar. Beragam studi menunjukkan konsumsi alkohol tingkat sedang hingga berat berpotensi menaikkan risiko penyakit ini sebesar 20–50 persen.

Alkohol dapat menyebabkan kerusakan DNA, stres oksidatif, serta gangguan pada proses tubuh dalam menyerap nutrisi. Kondisi tersebut pada akhirnya mendukung lingkungan yang tidak sehat pada saluran pencernaan.

“Sebaiknya batasi konsumsi alkohol atau hindari sama sekali jika Anda ingin mengurangi risiko kanker, karena bahkan konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit pun tetap memiliki risiko,” tegas Alefia.

Kesadaran untuk menjauhi alkohol bukan hanya berdampak baik pada fungsi hati, tetapi juga memberi perlindungan jangka panjang pada kesehatan usus besar.

Menguatkan Kesadaran Bahwa Pencegahan Itu Dimulai dari Meja Makan

Kanker kolorektal merupakan kanker yang menyerang kolon dan rektum — bagian saluran pencernaan yang bertugas mengolah sisa makanan sebelum dikeluarkan tubuh. Tanpa disadari, apa yang kita makan dan minum setiap harinya sangat memengaruhi kesehatan area ini.

Grace Yanti, ahli gizi senior dari Mount Elizabeth Hospital menegaskan,

“Apa yang Anda makan dan minum berperan dalam risiko kanker kolorektal dan kesehatan usus secara keseluruhan.”

Dengan pemahaman tersebut, masyarakat diharapkan semakin bijak dalam memilih makanan agar risiko kanker dapat ditekan semaksimal mungkin. Pilihan sehari-hari yang tampak sederhana sebenarnya merupakan investasi besar dalam menjaga fungsi tubuh dan kualitas hidup di masa depan.

Terkini

Aplikasi Jualan Online Tanpa Modal dan Stok Barang 2025

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:34 WIB

6 Kelebihan dan Kekurangan Bank BCA yang Perlu Diketahui

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:34 WIB

Apakah Barang di Zalora Original? Yuk Kita cari tahu!

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:33 WIB