JAKARTA - Langkah besar pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional kembali digulirkan.
Melalui dukungan penuh dari Kementerian Pertanian (Kementan), Perum Bulog akan membangun jaringan gudang baru untuk memperluas kapasitas penyimpanan beras di seluruh Indonesia. Rencana pembangunan ini tidak hanya menjadi proyek infrastruktur pangan, tetapi juga bagian dari strategi besar menjaga stabilitas pasokan dan harga beras di tengah peningkatan produksi nasional.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan, pembangunan ini akan dimulai pada Januari 2026 dengan dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp5 triliun. “Bulog akan membangun gudang, nilainya Rp5 triliun [dari APBN], dan gudangnya 100 lengkap penggilingan 100 unit, 2026 Januari kita start [membangun gudang Bulog]. Kita percepat,” ujar Amran.
Menurutnya, proyek strategis ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam memperkuat sistem logistik pangan nasional agar mampu menampung hasil produksi petani secara maksimal, tanpa bergantung pada fasilitas sewa.
Pembangunan Didorong Produksi Padi yang Meningkat
Kebijakan pembangunan gudang Bulog tidak muncul tanpa alasan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi beras dalam negeri sepanjang 2025 diproyeksikan meningkat tajam. Selama periode Januari hingga Desember 2025, produksi beras nasional diperkirakan mencapai 34,77 juta ton, naik 4,15 juta ton atau sekitar 13,54% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 30,62 juta ton.
Peningkatan produksi ini menjadi sinyal positif bagi ketahanan pangan nasional, namun sekaligus menjadi tantangan bagi sistem penyimpanan yang dimiliki Bulog. Kapasitas gudang yang terbatas membuat lembaga tersebut kerap harus menyewa fasilitas tambahan untuk menampung hasil serapan beras dan gabah dari petani.
Menteri Amran yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) menuturkan, gudang-gudang baru ini ditargetkan sudah bisa beroperasi pada semester kedua tahun 2026. “Kita ingin percepat agar hasil panen petani bisa langsung terserap dan disimpan dengan baik oleh Bulog,” ujarnya menegaskan.
Optimalisasi Gudang untuk Komoditas Pangan Daerah
Dalam pelaksanaannya, pembangunan gudang Bulog akan diprioritaskan di kabupaten dan kota yang selama ini belum memiliki fasilitas penyimpanan memadai. Fokus utama memang pada beras, namun fasilitas ini juga dirancang multifungsi untuk menampung komoditas pangan lain sesuai potensi wilayah masing-masing.
Misalnya, di daerah yang dikenal sebagai sentra jagung atau kedelai, gudang dapat dimanfaatkan untuk menampung hasil komoditas tersebut. Pendekatan ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan berbasis daerah, sekaligus mengurangi ketimpangan fasilitas antara wilayah produsen dan konsumen.
Dalam catatan Kementan, pembangunan gudang yang terintegrasi dengan fasilitas penggilingan juga menjadi bentuk modernisasi tata niaga pangan nasional. Dengan adanya penggilingan di setiap gudang, Bulog akan lebih efisien dalam memproses gabah menjadi beras siap edar tanpa harus bergantung pada pihak ketiga.
Bulog Siap Kurangi Ketergantungan pada Sewa Gudang
Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menyampaikan bahwa keterbatasan gudang selama ini menjadi salah satu hambatan utama dalam pengelolaan stok nasional. Dengan volume serapan gabah dan beras yang terus meningkat, Bulog terpaksa menyewa gudang tambahan untuk menampung persediaan.
“Karena kan sampai dengan saat ini gudang Bulog juga terbatas dengan banyaknya serapan gabah maupun stok beras setelah kita sampai hampir 4,2 juta ton kemarin kan kita banyak sewa gudang. Jadi, sekarang kita akan membangun itu [gudang] dengan harapan nanti kita tidak perlu sewa lagi,” ujar Rizal.
Langkah ini diharapkan tidak hanya menekan biaya operasional, tetapi juga meningkatkan efisiensi distribusi pangan. Dengan memiliki infrastruktur penyimpanan sendiri, Bulog dapat mengelola rantai pasok dari hulu ke hilir secara lebih efektif, mulai dari penyerapan hasil panen hingga pendistribusian ke masyarakat.
Dorong Pemerataan Akses Pangan Nasional
Rencana pembangunan gudang Bulog juga diharapkan membawa dampak jangka panjang bagi pemerataan akses pangan di berbagai wilayah Indonesia. Dengan distribusi gudang yang lebih merata, penyaluran beras dan bahan pangan pokok lainnya ke daerah-daerah terpencil dapat dilakukan lebih cepat dan efisien.
Selain memperkuat stabilitas pasokan, keberadaan gudang baru ini juga menjadi instrumen penting dalam menjaga kestabilan harga beras. Ketika pasokan di pasar berlebih, Bulog dapat menampung stok beras untuk mencegah anjloknya harga di tingkat petani. Sebaliknya, ketika pasokan menipis, cadangan yang tersimpan di gudang dapat segera disalurkan ke pasar untuk menahan kenaikan harga.
Dengan langkah strategis ini, pemerintah berupaya memastikan bahwa peningkatan produksi beras nasional benar-benar memberi manfaat langsung bagi petani dan masyarakat luas.
Langkah Strategis Menuju Swasembada dan Stabilitas Pangan
Pembangunan gudang Bulog senilai Rp5 triliun ini menegaskan komitmen pemerintah untuk memperkuat fondasi ketahanan pangan nasional. Tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi, tetapi juga memastikan bahwa hasil panen terserap dengan baik dan didistribusikan secara efisien.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman optimistis, kehadiran gudang baru akan membawa perubahan signifikan terhadap sistem logistik pangan nasional. Ia menegaskan bahwa dengan infrastruktur yang memadai, Bulog dapat lebih mandiri dalam mengelola stok beras tanpa ketergantungan pada pihak swasta.
Langkah ini juga menjadi bagian dari upaya pemerintah mewujudkan swasembada pangan yang berkelanjutan. Dengan dukungan dari seluruh pihak, mulai dari pemerintah pusat, daerah, hingga petani, Indonesia diharapkan mampu menjaga ketersediaan beras secara stabil di tengah fluktuasi cuaca dan dinamika global.