JAKARTA - Langkah strategis ditempuh PT Royalindo Investa Wijaya Tbk (INDO) untuk memperkuat posisinya di tengah dinamika bisnis yang terus berkembang.
Perseroan secara resmi mengumumkan perubahan fokus usaha dari perusahaan properti menjadi perusahaan investasi atau holding company. Transformasi ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang INDO dalam membangun portofolio bisnis yang lebih beragam dan berorientasi masa depan.
Perubahan fokus bisnis tersebut menandai babak baru bagi Royalindo Investa. Dengan model holding company, perseroan memiliki fleksibilitas lebih besar dalam mengembangkan berbagai lini usaha, baik melalui pertumbuhan organik maupun ekspansi anorganik. Langkah ini sekaligus membuka peluang bagi INDO untuk masuk ke sektor-sektor dengan prospek pertumbuhan yang dinilai menjanjikan.
Pengembangan Bisnis di Sektor Gula
Direktur Utama Royalindo Investa Wijaya Leslie Soemedi mengungkapkan bahwa salah satu langkah awal yang telah direalisasikan adalah pengembangan bisnis di sektor gula. Perseroan mendirikan PT Ratu Gula Asia (RGA), perusahaan yang bergerak di bidang produksi gula merah atau brown sugar, bersama mitra strategis. Perusahaan tersebut berlokasi di Kediri, Jawa Timur.
Pendirian RGA menjadi tonggak penting dalam implementasi strategi baru INDO. Sektor gula dipilih karena dinilai memiliki fundamental yang kuat dan potensi pertumbuhan jangka panjang. Selain itu, kebutuhan masyarakat terhadap produk pemanis terus meningkat, seiring dengan perubahan pola konsumsi dan kesadaran terhadap gaya hidup sehat.
Pabrik Gula Berkapasitas Besar
Sebagai bagian dari keseriusan perseroan di bisnis gula, pembangunan pabrik RGA telah dirampungkan. Fasilitas produksi ini dirancang untuk memenuhi permintaan pasar yang terus bertumbuh. “Kami telah rampung pembangunan pabrik dengan kapasitas produksi 2.000-3.000 ton gula per bulan,” ujar Leslie.
Keberadaan pabrik dengan kapasitas besar ini diharapkan mampu mendukung efisiensi produksi sekaligus menjaga kualitas produk. Dengan lokasi di Kediri, Jawa Timur, RGA memiliki akses yang baik terhadap bahan baku, sehingga dapat menopang keberlanjutan operasional perusahaan dalam jangka panjang.
Rencana yang Dimatangkan Sejak Awal
Sesungguhnya, rencana pengembangan bisnis gula ini bukanlah keputusan yang diambil secara mendadak. Leslie menjelaskan bahwa perseroan telah mulai menyiapkan langkah tersebut sejak 2024 lalu. Perencanaan yang matang menjadi landasan bagi INDO untuk mengeksekusi strategi bisnis baru secara bertahap dan terukur.
Langkah ini semakin mantap seiring dengan penambahan modal yang dilakukan perseroan. Suntikan modal tersebut memungkinkan INDO untuk mempercepat pembangunan fasilitas produksi serta memperkuat struktur bisnis anak usaha di sektor gula.
Komitmen Modal dan Kepemilikan Saham
Hingga September 2025, total modal yang telah disetor INDO terhadap PT Ratu Gula Asia mencapai Rp97 miliar. Nilai investasi tersebut menempatkan INDO sebagai pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan sebesar 71,68%. Kepemilikan mayoritas ini memberikan kendali strategis bagi perseroan dalam menentukan arah pengembangan bisnis RGA.
Dengan struktur kepemilikan tersebut, INDO dapat memastikan bahwa kebijakan operasional dan strategi ekspansi RGA sejalan dengan visi besar perseroan sebagai perusahaan investasi. Hal ini juga mencerminkan komitmen jangka panjang INDO terhadap sektor gula.
Prospek Cerah Gula Merah
Bisnis gula merah dinilai memiliki prospek yang menjanjikan. Hal ini didorong oleh meningkatnya kebiasaan masyarakat untuk mengonsumsi brown sugar sebagai pemanis alami yang dianggap lebih sehat dibandingkan gula pada umumnya. Tren gaya hidup sehat menjadi salah satu faktor utama yang menopang permintaan produk ini.
Selain pasar domestik, peluang ekspansi ke pasar yang lebih luas juga terbuka. Dengan kapasitas produksi yang memadai dan dukungan modal yang kuat, RGA diharapkan mampu bersaing dan menangkap peluang pertumbuhan di industri gula.
Ekspansi ke Sektor Teknologi
Tidak hanya berhenti di sektor gula, Royalindo Investa juga tengah menyiapkan rencana pengembangan bisnis di sektor lainnya. Saat ini, INDO sedang membidik perusahaan teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI). Manajemen perseroan masih melakukan pembicaraan terkait rencana akuisisi perusahaan tersebut.
Langkah ini menunjukkan bahwa INDO tidak hanya fokus pada sektor berbasis komoditas, tetapi juga membuka diri terhadap peluang di sektor teknologi yang dinilai memiliki pertumbuhan pesat dan relevan dengan masa depan.
Strategi Akuisisi Berorientasi Masa Depan
Leslie menegaskan bahwa akuisisi perusahaan AI merupakan bagian dari strategi transformasi perseroan. “Sebagai perusahaan investasi, kami akan fokus membangun portofolio yang solid dan berorientasi masa depan. Akuisisi perusahaan AI ini menjadi langkah strategis untuk memperkuat transformasi kami,” papar Leslie.
Masuknya INDO ke sektor AI diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi portofolio perseroan. Teknologi AI dinilai memiliki peran penting dalam berbagai industri dan berpotensi menjadi salah satu pendorong pertumbuhan utama di masa mendatang.
Kinerja Keuangan yang Menguat
Di tengah proses transformasi bisnis, kinerja keuangan INDO juga menunjukkan tren positif. Hingga September 2025, laba bersih perseroan tercatat meningkat 37% secara year on year menjadi Rp24,76 miliar. Peningkatan laba tersebut mencerminkan efektivitas pengelolaan bisnis yang dilakukan perseroan.
Pertumbuhan laba ini ditopang oleh meningkatnya pendapatan perseroan yang tumbuh 12% secara year on year menjadi Rp22,19 miliar. Capaian tersebut menjadi fondasi yang kuat bagi INDO untuk melanjutkan strategi ekspansi dan transformasi bisnis ke depan.