Bestari Saintek

Bestari Saintek, Upaya Pemerintah Perkuat Inovasi dan Kolaborasi Nasional

Bestari Saintek, Upaya Pemerintah Perkuat Inovasi dan Kolaborasi Nasional
Bestari Saintek, Upaya Pemerintah Perkuat Inovasi dan Kolaborasi Nasional

JAKARTA - Dalam upaya memperkuat kolaborasi lintas sektor dan mendorong inovasi yang berdampak nyata bagi masyarakat, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) meluncurkan program Ekosistem Hidup Berbasis Sains dan Teknologi (Bestari Saintek)

Inisiatif ini menjadi langkah strategis pemerintah untuk memastikan hasil riset akademik tidak berhenti di laboratorium, tetapi menjelma menjadi inovasi yang berdaya guna bagi perekonomian nasional.

Peluncuran Bestari Saintek menandai babak baru bagi dunia riset dan inovasi Indonesia. Program ini berada di bawah naungan Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi serta menjadi bagian dari payung besar Sinergi Kreasi Masyarakat dan Akademisi untuk Sains Teknologi Nusantara (Semesta). Melalui Semesta, pemerintah ingin menghadirkan riset yang kolaboratif, berbasis masalah nyata, dan memberi dampak ekonomi yang terukur bagi masyarakat.

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, menegaskan pentingnya memastikan agar hasil riset akademik bisa diterjemahkan menjadi solusi nyata.

“Kami ingin memastikan bahwa setiap hasil riset tidak berhenti di jurnal, tetapi hadir dalam bentuk inovasi yang bisa digunakan dan memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat,” ujar Brian.

Menjawab Tantangan Paradoks Inovasi di Indonesia

Indonesia tengah menghadapi paradoks dalam dunia riset dan inovasi. Di satu sisi, produktivitas riset nasional dan peringkat Global Innovation Index terus meningkat. Namun di sisi lain, hasil riset yang memberikan dampak langsung di tingkat masyarakat masih terbatas. Meski demikian, tingkat kepercayaan publik terhadap ilmuwan Indonesia justru tinggi  mencapai skor 3,84 dari 5 berdasarkan survei Nature Human Behaviour (2025), melampaui rata-rata global.

Kepercayaan publik yang besar ini menjadi modal sosial penting dalam memperkuat hubungan antara sains dan masyarakat. Bestari Saintek hadir sebagai jembatan untuk mengubah kepercayaan tersebut menjadi kolaborasi nyata. 

Dalam kegiatan peluncuran program, hadir berbagai pihak mulai dari pimpinan perguruan tinggi, pelaku industri, UMKM, hingga perwakilan masyarakat. Mereka sepakat bahwa riset tidak seharusnya berdiri sendiri, melainkan hidup di tengah masyarakat melalui kolaborasi yang saling menguntungkan.

Melalui konsep living lab atau “laboratorium hidup”, program ini menempatkan masyarakat bukan sekadar penerima manfaat, tetapi juga mitra aktif. Setiap pihak memiliki peran sejajar dalam menciptakan solusi inovatif yang tidak hanya relevan secara akademik dan layak secara bisnis, tetapi juga diterima secara sosial oleh masyarakat luas.

Kolaborasi Multipihak Jadi Kunci Keberhasilan Bestari Saintek

Direktur Jenderal Sains dan Teknologi, Ahmad Najib Burhani, menjelaskan bahwa keberhasilan Bestari Saintek sangat bergantung pada kolaborasi multipihak. Perguruan tinggi akan berperan sebagai motor penggerak pengetahuan dan inovasi, industri berfungsi memperkuat rantai pasok dan pasar, sementara pemerintah daerah mendukung kebijakan lokal yang mendorong keberlanjutan. Di sisi lain, masyarakat berfungsi sebagai sumber inspirasi sekaligus pengguna manfaat langsung.

“Inovasi yang dihasilkan diharapkan benar-benar tepat guna dan berdampak ekonomi langsung, mulai dari peningkatan mutu produk lokal hingga efisiensi rantai pasok dan perluasan akses pasar,” jelas Najib.

Program ini juga berupaya memperkuat hubungan simbiosis antara riset akademik dan kebutuhan dunia usaha. Dengan sinergi yang baik, riset tidak hanya melahirkan publikasi ilmiah, tetapi juga menciptakan solusi yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan daya saing nasional.

Sementara itu, Direktur Fasilitasi Riset LPDP, Ayom Widipaminto, menyatakan dukungan LPDP terhadap inisiatif ini dengan mengalokasikan dana sebesar Rp 57,5 miliar. Dana tersebut diperuntukkan bagi proyek kolaboratif yang dapat memperkuat ekosistem riset, sains, dan inovasi nasional.

“Melalui pendanaan Bestari Saintek ini, kami berharap bisa menjadi penggerak kolaborasi dan inovasi di berbagai bidang sains dan teknologi,” ujar Ayom.

Transformasi Riset Menjadi Solusi Nyata bagi Masyarakat

Lebih jauh, Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Yudi Darma, menekankan bahwa Bestari Saintek merupakan langkah konkret pemerintah dalam menjalankan mandat membawa hasil riset keluar dari laboratorium menuju penerapan di masyarakat.

“Kami ingin menjadikan Bestari Saintek sebagai ruang kolaborasi bersama lintas disiplin, agar ide-ide cemerlang bisa bermuara pada satu tujuan besar: membangun ekosistem sains dan teknologi yang hidup, inklusif, dan mensejahterakan bangsa,” ujar Yudi.

Program ini juga diharapkan dapat mendorong perubahan paradigma dalam dunia pendidikan tinggi dan riset. Perguruan tinggi tidak hanya menjadi tempat menghasilkan ilmu pengetahuan, tetapi juga pusat inovasi yang terhubung langsung dengan dunia industri dan masyarakat. Pemerintah melalui Kemendiktisaintek berkomitmen memastikan bahwa setiap hasil riset memiliki relevansi sosial dan ekonomi yang nyata.

Dengan pendekatan partisipatif yang menempatkan semua pemangku kepentingan pada posisi setara, Bestari Saintek menjadi simbol perubahan arah riset nasional menuju model yang lebih terbuka, inklusif, dan berorientasi dampak.

Program ini diharapkan menjadi momentum penting dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai negara dengan ekosistem inovasi yang mandiri, berdaya saing global, dan menyejahterakan masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index