PANAS BUMI

Indonesia Punya Cadangan Panas Bumi Terbesar Kedua Dunia

Indonesia Punya Cadangan Panas Bumi Terbesar Kedua Dunia
Indonesia Punya Cadangan Panas Bumi Terbesar Kedua Dunia

JAKARTA - Indonesia menjadi salah satu negara yang paling strategis di peta energi global.

Selain menyimpan sumber daya alam melimpah, negara ini juga memiliki cadangan energi panas bumi terbesar kedua di dunia, dengan potensi mencapai 23,7 gigawatt (GW). Potensi ini bukan sekadar angka, tetapi fondasi penting bagi ketahanan energi nasional dan transisi menuju energi bersih, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan menyerap ribuan tenaga kerja.

Pakar energi Ali Ashat menegaskan, pemanfaatan energi panas bumi memiliki keunggulan signifikan dibanding sumber energi konvensional. “Jika pembangkit batu bara menghasilkan emisi karbon dioksida hingga 1.000, geothermal hanya sekitar 100 atau bahkan lebih rendah,” ujarnya. Dengan emisi rendah, dampak terhadap lingkungan jauh lebih minimal, sementara kapasitasnya yang stabil membuat panas bumi bisa menjadi tulang punggung energi nasional.

Keunggulan Energi Panas Bumi dibanding Energi Lain

Salah satu keunggulan utama panas bumi adalah kemampuannya menyediakan energi secara kontinu 24 jam sehari. Berbeda dengan energi surya atau angin yang sangat bergantung pada kondisi cuaca, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) mampu beroperasi penuh, layaknya pembangkit batu bara, namun tanpa jejak karbon yang tinggi.

Ali Ashat juga menepis kekhawatiran soal dampak lingkungan. Menurutnya, sumber energi panas bumi berada jauh di bawah permukaan bumi sehingga tidak mengganggu air tanah yang digunakan masyarakat. Contoh nyata keberhasilan ini terlihat dari PLTP Kamojang, Jawa Barat, yang telah beroperasi sejak 1983. Selama lebih dari 40 tahun, energi hijau ini mampu hidup berdampingan harmonis dengan warga dan industri sekitar.

Dampak Ekonomi dari Pengembangan Panas Bumi

Pemanfaatan energi panas bumi tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberikan dampak ekonomi signifikan. Proyek PLTP di berbagai daerah telah membuka ribuan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan UMKM, dan memperbaiki infrastruktur publik.

PLTP Kamojang dan PLTP Patuha, misalnya, berhasil menciptakan 1.500 lapangan kerja langsung maupun tidak langsung. Selain itu, kedua proyek ini juga menjalankan program pemberdayaan masyarakat, mulai dari pelatihan UMKM, koperasi desa, hingga dukungan pertanian organik. Langkah ini menunjukkan bahwa energi hijau tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga inklusif secara sosial.

Pemerintah pun menunjukkan keseriusannya mendorong pengembangan geothermal. Ali Ashat menyoroti langkah-langkah terbaru, termasuk penandatanganan nota kesepahaman antara Pertamina dan PLN, serta keterlibatan Danantara dalam percepatan proyek. “Sekarang ada upaya pemerintah ingin mengakselerasi perkembangan geothermal di aspek pengembangan dan pengusahaan,” tambahnya.

Peningkatan Kapasitas dan Sinergi Swasta

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) memperluas kapasitasnya dengan menambah satu Wilayah Kerja (WK) sehingga kini mengoperasikan 15 WK. Pengembangan ini tidak hanya meningkatkan kapasitas terpasang, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam peta energi global.

Sinergi sektor swasta juga terlihat dari kolaborasi PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dan PT FirstGen Geothermal Indonesia. Langkah ini menegaskan komitmen bisnis untuk mempercepat transisi energi bersih sekaligus membuka peluang kerja hijau. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan transisi energi bersih akan menciptakan 24 juta lapangan kerja global pada 2030. Dengan potensi 24 GW, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat ekonomi hijau di Asia.

Selain itu, pemerintah tengah merevisi PP Nomor 7 Tahun 2017 tentang Panas Bumi. Revisi ini mencakup skema pelelangan yang lebih sederhana, insentif fiskal, jaminan pemulihan lingkungan, dan penguatan aspek sosial agar proyek diterima masyarakat secara inklusif dan transparan. Hal ini akan mendorong percepatan pemanfaatan geothermal secara nasional, sekaligus memaksimalkan manfaat sosial dan ekonomi bagi daerah sekitar.

Masa Depan Energi Bersih Indonesia

Dengan cadangan 23,7 GW, stabilitas energi, dan dampak sosial-ekonomi yang signifikan, panas bumi memiliki peran strategis dalam memenuhi target energi nasional dan penurunan emisi karbon. Proyek-proyek PLTP seperti Kamojang dan Patuha menjadi bukti nyata bahwa pemanfaatan geothermal dapat berjalan berkelanjutan dan memberikan manfaat luas, dari energi bersih hingga pertumbuhan ekonomi lokal.

Ali Ashat menekankan, pemanfaatan panas bumi bukan sekadar memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga menjadi instrumen pembangunan ekonomi dan sosial. “Geothermal memberikan energi bersih sekaligus menciptakan lapangan kerja dan mendukung ekonomi daerah. Indonesia punya kesempatan besar untuk menjadi pusat energi hijau di kawasan,” ujarnya.

Dengan dukungan pemerintah, investasi swasta, serta revisi regulasi yang lebih adaptif, pengembangan energi panas bumi di Indonesia diperkirakan akan semakin masif. Ini menandai era baru transisi energi bersih yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga inklusif dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index