JAKARTA - Maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) kembali menjadi sorotan publik setelah mengumumkan agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada Rabu (15 Oktober 2025).
Pertemuan penting ini berlangsung di Ruang Auditorium Gedung Manajemen Garuda, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, dan dihadiri oleh jajaran manajemen, komisaris, serta pemegang saham utama perseroan.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Garuda Indonesia menyebutkan bahwa agenda tunggal dalam rapat tersebut adalah perubahan pengurus perseroan. Isu perombakan struktur manajemen ini memunculkan berbagai spekulasi mengenai siapa yang akan mengisi kursi kosong di jajaran direksi, terutama posisi Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko, yang sejak beberapa bulan terakhir belum memiliki pejabat definitif.
Sumber internal menyebutkan, perubahan ini menjadi bagian dari upaya restrukturisasi organisasi untuk memperkuat kinerja perusahaan, setelah sebelumnya Garuda Indonesia berjuang keras memulihkan keuangannya pasca pandemi dan proses restrukturisasi utang.
Muncul Nama Petinggi Singapore Airlines dalam Bursa Calon Direksi
Isu yang paling banyak diperbincangkan menjelang RUPSLB adalah kemungkinan masuknya Balagopal Kunduvara, salah satu petinggi di Singapore Airlines, sebagai kandidat kuat untuk mengisi posisi Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko. Nama Balagopal mulai santer diberitakan setelah media internasional Bloomberg melaporkan bahwa ia menjadi salah satu kandidat yang dipertimbangkan oleh pemegang saham utama Garuda Indonesia.
Balagopal disebut akan menggantikan Prasetio, yang sebelumnya menjabat posisi tersebut namun telah diberhentikan dalam RUPSLB pada Juni 2025. Bila rumor ini benar, langkah tersebut menandai sinyal kuat adanya kolaborasi lintas negara dalam memperkuat tata kelola dan manajemen risiko Garuda Indonesia.
Meski begitu, Direktur Niaga Garuda Indonesia, Reza Aulia, memilih untuk tidak berkomentar lebih jauh terkait rumor tersebut. “Kami menyerahkan sepenuhnya kepada pemegang saham ya untuk hal tersebut,” ujarnya saat ditemui usai menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI beberapa waktu lalu.
Nada serupa juga disampaikan Chief Operating Officer (COO) Danantara Indonesia, Dony Oskaria, yang tidak secara eksplisit membenarkan ataupun membantah kabar tersebut. Ia menegaskan bahwa fokus utama pemerintah saat ini adalah mempercepat transformasi fundamental industri penerbangan nasional. “Kami harus melakukan transformasi yang fundamental mengenai industri airlines kita. Nanti, mengenai personelnya tentu kami ingin yang terbaik,” kata Dony menegaskan.
Kinerja Keuangan Garuda Masih Tertekan Setelah Restrukturisasi
Meski perlahan mulai membaik dari sisi operasional, kinerja keuangan Garuda Indonesia masih menunjukkan tantangan berat. Laporan keuangan semester pertama tahun 2025 menunjukkan bahwa emiten dengan kode saham GIAA ini masih mencatatkan ekuitas negatif.
Berdasarkan laporan keuangan terakhir, total aset Garuda Indonesia mencapai US$6,51 miliar, sedangkan liabilitasnya mencapai US$8,01 miliar. Artinya, perseroan masih menanggung ekuitas negatif sebesar US$1,49 miliar, atau setara dengan sekitar Rp24,2 triliun jika dikonversikan dengan kurs Jisdor Rp16.231 per dolar AS per 30 Juni 2025.
Tak hanya itu, Garuda Indonesia juga masih membukukan rugi bersih sebesar US$143,7 juta atau sekitar Rp2,33 triliun pada semester I 2025. Angka ini meningkat 41,36 persen secara tahunan (year on year) dibandingkan rugi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$101,65 juta atau Rp1,64 triliun.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun maskapai nasional tersebut telah melakukan berbagai langkah efisiensi dan restrukturisasi, beban finansial yang ditinggalkan pandemi COVID-19 dan utang lama masih membayangi kinerja keuangan perusahaan. Karena itu, pengisian posisi Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko dianggap sangat strategis untuk menentukan arah pemulihan selanjutnya.
Transformasi dan Harapan Baru bagi Masa Depan Garuda Indonesia
Bagi pemerintah dan pemegang saham, perubahan struktur manajemen ini menjadi bagian penting dari proses transformasi menyeluruh yang sedang dijalankan Garuda Indonesia. Setelah menyelesaikan restrukturisasi utang besar-besaran pada tahun-tahun sebelumnya, kini fokus diarahkan pada perbaikan manajemen risiko, peningkatan efisiensi, serta penguatan arus kas operasional.
Pemerintah melalui Danantara Indonesia—entitas pengelola BUMN di sektor transportasi udara—diyakini tengah menyiapkan langkah strategis untuk memastikan Garuda Indonesia tetap kompetitif di tengah persaingan global. Langkah ini juga sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan pentingnya memperkuat sektor transportasi sebagai tulang punggung konektivitas nasional dan pariwisata.
Perubahan di tubuh manajemen Garuda juga diharapkan membawa semangat baru dalam memperkuat tata kelola perusahaan (good corporate governance) dan mendorong kolaborasi dengan pihak internasional untuk memperbaiki performa finansial. Jika benar Balagopal Kunduvara bergabung, maka keahliannya dalam manajemen keuangan global dapat menjadi nilai tambah yang signifikan bagi Garuda Indonesia.
Dengan berbagai langkah yang tengah ditempuh, publik menaruh harapan besar agar Garuda Indonesia mampu keluar dari tekanan finansial yang membelitnya selama ini. Transformasi manajemen diharapkan menjadi tonggak baru bagi maskapai kebanggaan nasional untuk kembali mengudara lebih tinggi, dengan keuangan yang sehat dan tata kelola yang lebih kuat.