JAKARTA - Pasar emas kembali mencatatkan rekor baru, menembus level US$4.200 per troy ounce pada perdagangan Kamis, 16 Oktober 2025.
Lonjakan ini terjadi seiring meningkatnya kekhawatiran geopolitik dan spekulasi pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat, sehingga investor semakin memburu aset aman. Berdasarkan data Reuters, harga emas spot pagi ini tercatat di US$4.195,35 per troy ounce, setelah sebelumnya sempat menyentuh US$4.217,95, rekor tertinggi sepanjang masa. Sementara harga emas berjangka untuk pengiriman Desember menguat 0,9% ke US$4.201,60.
Para analis menilai bahwa kenaikan emas dipicu oleh kombinasi faktor makroekonomi. Ketegangan perdagangan antara AS dan China yang kembali meningkat, ekspektasi penurunan suku bunga, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, serta tren dedolarisasi menjadi pendorong utama. Emas kini menjadi instrumen lindung nilai tradisional terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
Faktor Pemicu Lonjakan Harga Emas
Menurut Fawad Razaqzada, analis pasar dari City Index dan FOREX.com, lonjakan emas tidak lepas dari upaya investor melindungi portofolio saham mereka di tengah gejolak pasar global. “Dengan ketegangan dagang yang memanas, emas menjadi pilihan utama bagi investor untuk memitigasi risiko,” ujarnya.
Selain faktor geopolitik, pergerakan pasar emas juga didorong oleh aktivitas pembelian agresif oleh bank sentral dan arus masuk investasi ke reksa dana berbasis emas (ETF).
Nilai dolar AS yang melemah pasca pernyataan dovish Ketua The Fed, Jerome Powell, turut memperkuat daya tarik logam mulia ini. Powell menekankan kondisi pasar tenaga kerja AS yang stagnan dan rendahnya angka pemutusan kerja, sehingga mendorong ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga.
Prediksi dan Proyeksi Harga Emas
Beberapa lembaga keuangan memperkirakan bahwa harga emas masih memiliki ruang untuk terus naik. Bank of America dan Societe Generale memproyeksikan harga emas bisa menembus US$5.000 per ons pada 2026.
Sementara Standard Chartered menaikkan perkiraan rata-rata harga emas tahun depan menjadi US$4.488 per ons. Kepala Riset Komoditas Global Standard Chartered, Suki Cooper, menyatakan bahwa meskipun koreksi jangka pendek mungkin terjadi, tren kenaikan emas dalam jangka panjang tetap solid.
Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures, menambahkan bahwa faktor pembelian bank sentral, investasi ke dana ETF, serta prospek suku bunga rendah akan mendorong penguatan harga emas. Ia bahkan melihat potensi harga emas menembus US$5.000 per ons pada akhir 2026. “Reli emas ini kemungkinan besar akan berlanjut karena dukungan fundamentalnya kuat,” ujar Streible.
Pergerakan Harga Emas Terkini dan Respons Pasar
Hingga pukul 10.03 WIB, harga emas spot di pasar internasional mencatatkan US$4.239,03 per troy ounce, naik 0,75% dari posisi sebelumnya. Chief Economist Trafigura Group, Saad Rahim, menekankan bahwa pembelian emas fisik juga menjadi katalis penting. Ia menambahkan bahwa kekhawatiran utang AS dan prospek penurunan suku bunga The Fed membuat investor menempatkan dana mereka pada logam mulia sebagai bentuk perlindungan.
Selain emas, logam mulia lainnya seperti perak juga mencatat kenaikan signifikan. Harga perak naik 2,3% ke US$52,64 per ounce setelah sempat menyentuh rekor tertinggi US$53,60. Kondisi backwardation ekstrem di London dan tingkat sewa perak yang tinggi menjadi pendorong kenaikan. Platinum naik 0,6% ke US$1.647,55 per ounce, sementara palladium sedikit menurun 0,2% ke US$1.523,66 per ounce.
Para analis menyebut, meski kenaikan emas saat ini sangat tajam, investor sebaiknya tetap waspada terhadap koreksi jangka pendek. Koreksi ini normal dalam siklus pasar dan dapat menjadi peluang untuk membeli emas dengan harga lebih rendah sebelum harga kembali menguat.
Kesimpulan dan Implikasi bagi Investor
Reli harga emas hingga menembus US$4.200 mencerminkan pergeseran minat investor ke aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global. Investor dianjurkan memantau faktor geopolitik, ekspektasi suku bunga, dan aktivitas pembelian oleh bank sentral sebagai indikator pergerakan harga. Dengan berbagai proyeksi positif dari lembaga keuangan global, emas tetap menjadi pilihan utama untuk melindungi nilai aset dan diversifikasi portofolio investasi.
Meski demikian, penting diingat bahwa keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab investor sendiri. Berita pergerakan harga emas bukan merupakan ajakan membeli atau menjual logam mulia, melainkan informasi pasar yang membantu pengambilan keputusan.